Pentingnya mengamalkan ilmu
Salahsatu
dari nasehat Imam Ghozali kepada muridnya adalah agar muridnya mengamalkan ilmu
yang telah ia peroleh. Beliau mengatakan bahwa seseorang yang mencari ilmu
hanya untuk menunjukkan kehebatan, keutamaan dirinya serta keduniawian adalah
tidak lain ia melakukan sebuah kerugian dan kerusakan bagi dirinya.
Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan
memberikan faedah atau manfaat bagi dirinya. Sebagai perumpamaan, ada seseorang
yang sangat pemberani dalam berperang, dengan membawa 10 pedang dan beberapa
senjata lain ia pergi ke tengah hutan. Sampai di tengah hutan, datanglah
harimau yang akan menerkamnya. Apakah seseorang tersebut dapat menghalau
serangan harimau tersebut tanpa ia gunakan pedang tersebut? Walaupun ia seorang
yang pemberani Jelas tidak bisa, pedang tersebut akan memberikan faedah atau
manfaat bagi dirinya jikalau ia gunakan. Begitu halnya jika kita mempunyai
ilmu, jika tidak kita gunakan dengan mengamalkannya, maka ilmu itu sia-sia,
tidak akan memberi kemanfaatan sedikitpun bagi kita. Walaupun sebanyak apapun
ilmu itu.
Sebuah
syair mengatakan :
“Jika
kamu menimbang sampai 2.000 kali arak dan kamu tidak meminumnya,
maka
kamu tidak akan mabuk”.
Syair
ini memberi perumpamaan pada kita, walaupun kita berulangkali menimbang arak,
kita tidak akan mungkin mabuk. Karena kita tidak meminumnya. Itulah perumpamaan
bagi orang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya, sehingga ilmu
tersebut tidak akan memberi manfaat.
Hal
ini telah dijelaskan oleh Alloh dalam firmanNya :
“
Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang diusahakannya.”
Q.S. An Najm(53) : 39.
“Barangsiapa
yang mengharap perjumpaannya dengan
Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang shalih”. Q.S. Al
Kahfi(18) : 110.
“Sebagai
balasan dari apa yang mereka kerjakan”. Q.S. At Taubah(9) : 82
Namun dalam beramal, jangan sampai
sedikitpun kita merasa bahwa amal yang kita lakukan telah cukup dan merasa
bahwa amal tersebut dapat mengangkat derajat serta dapat menyelamatkan kita
dari siksa Alloh. Artinya, walaupun kita diperintahkan mengamalkan ilmu
sebanyak-banyaknya, namun kita harus tetap waspada jikalau amal ibadah kita
tidak diterima olehNya. Sehingga tidak terbesit dalam hati kita sifat sombong
akan ilmu yang kita miliki atau amal yang kita lakukan.
Sahabat
Ali, R.A pernah berkata : “ Barangsiapa yang menyangka bahwa tanpa jerihpayah
beribadah dirinya bisa mencapai derajat yang tinggi, berarti ia mengharapkan
perkara yang sulit datangnya. Barangsiapa menyangka bahwa dengan menyepelekan
ibadah dirinya bisa mencapai derajat tinggi, itu menunjukkan kesombongan
dirinya (sudah merasa cukup amal ibadahnya).
Al
Hasan berkata : “Diantara tanda orang yang mencapai derajat hakiki adalah orang
yang tidak pernah menhitung amalnya, juga tidak pernah meninggalkan amalnya
sedikitpun”.
Rasulullah
bersabda :
“Orang
yang cerdas adalah orang yang bisa mengendalikan nafsunya dan beramal untuk
kepentingan setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang
senangtiasa menturuti hawa nafsunya dan hanya mengharapkan suatu pemberian dari
Alloh ta’ala”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar