Minggu, 14 Oktober 2012

Nasehat pertama


Pentingnya mengamalkan ilmu
Salahsatu dari nasehat Imam Ghozali kepada muridnya adalah agar muridnya mengamalkan ilmu yang telah ia peroleh. Beliau mengatakan bahwa seseorang yang mencari ilmu hanya untuk menunjukkan kehebatan, keutamaan dirinya serta keduniawian adalah tidak lain ia melakukan sebuah kerugian dan kerusakan bagi dirinya.
            Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan memberikan faedah atau manfaat bagi dirinya. Sebagai perumpamaan, ada seseorang yang sangat pemberani dalam berperang, dengan membawa 10 pedang dan beberapa senjata lain ia pergi ke tengah hutan. Sampai di tengah hutan, datanglah harimau yang akan menerkamnya. Apakah seseorang tersebut dapat menghalau serangan harimau tersebut tanpa ia gunakan pedang tersebut? Walaupun ia seorang yang pemberani Jelas tidak bisa, pedang tersebut akan memberikan faedah atau manfaat bagi dirinya jikalau ia gunakan. Begitu halnya jika kita mempunyai ilmu, jika tidak kita gunakan dengan mengamalkannya, maka ilmu itu sia-sia, tidak akan memberi kemanfaatan sedikitpun bagi kita. Walaupun sebanyak apapun ilmu itu.
Sebuah syair mengatakan :
“Jika kamu menimbang sampai 2.000 kali arak dan kamu tidak meminumnya,
maka kamu tidak akan mabuk”.
Syair ini memberi perumpamaan pada kita, walaupun kita berulangkali menimbang arak, kita tidak akan mungkin mabuk. Karena kita tidak meminumnya. Itulah perumpamaan bagi orang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya, sehingga ilmu tersebut tidak akan memberi manfaat.
Hal ini telah dijelaskan oleh Alloh dalam firmanNya :
“ Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang diusahakannya.” Q.S. An Najm(53) : 39.
“Barangsiapa yang mengharap perjumpaannya dengan  Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang shalih”. Q.S. Al Kahfi(18) : 110.
“Sebagai balasan dari apa yang mereka kerjakan”. Q.S. At Taubah(9) : 82
            Namun dalam beramal, jangan sampai sedikitpun kita merasa bahwa amal yang kita lakukan telah cukup dan merasa bahwa amal tersebut dapat mengangkat derajat serta dapat menyelamatkan kita dari siksa Alloh. Artinya, walaupun kita diperintahkan mengamalkan ilmu sebanyak-banyaknya, namun kita harus tetap waspada jikalau amal ibadah kita tidak diterima olehNya. Sehingga tidak terbesit dalam hati kita sifat sombong akan ilmu yang kita miliki atau amal yang kita lakukan.
Sahabat Ali, R.A pernah berkata : “ Barangsiapa yang menyangka bahwa tanpa jerihpayah beribadah dirinya bisa mencapai derajat yang tinggi, berarti ia mengharapkan perkara yang sulit datangnya. Barangsiapa menyangka bahwa dengan menyepelekan ibadah dirinya bisa mencapai derajat tinggi, itu menunjukkan kesombongan dirinya (sudah merasa cukup amal ibadahnya).
Al Hasan berkata : “Diantara tanda orang yang mencapai derajat hakiki adalah orang yang tidak pernah menhitung amalnya, juga tidak pernah meninggalkan amalnya sedikitpun”.
Rasulullah bersabda :
“Orang yang cerdas adalah orang yang bisa mengendalikan nafsunya dan beramal untuk kepentingan setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang senangtiasa menturuti hawa nafsunya dan hanya mengharapkan suatu pemberian dari Alloh ta’ala”.

Tidak ada komentar: