Jumat, 04 Januari 2013

Resume : Kriteria keberhasilan pengajaran,


Yogyakarta, 8 September 2012
Kriteria keberhasilan pengajaran,

Pengajaran merupakan suatu proses yang dinamis untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan, maka dapat ditentukan 2 kriteria yang bersifat umum, yaitu : ditinjau dari proses dan ditinjau dari hasil.
Dr sudut prosesnya, ditekankan bahwa pengajaran harus merupakan interaksi dinamis, shg siswa sbg subjek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan tujuan tercapai secara efektif.
Dr sudut hasilnya, ditekankan pada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Itu berarti, Pengajaran tidak semata-mata output oriented tetapi juga proces oriented. dengan pengajaran bukan hanya mengejar hasil yang setinggi-tingginya dengan mengabaikan proses namun Keduanya harus seimbang dan merupakan hubungan sebab-akibat. Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil yang optimal juga.
1. kriteria ditinjau dari sudut prosesnya (by process)
Dapat dikaji melalui beberapa hal :
·      Apakah pengajaran yang dilakukan guru direncanakan terlebih dahulu ataukah bersifat otomatis karna dianggap sebuah rutin-an?
( Pasalnya sering ditemukan guru menganggap kegiatan mengajar adalah hal yang biasa dilakukan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada inovasi, dinamika dan kekreatifan. Sehingga berimbas pada hasil yang dicapai siswa relatif sama dari tahun ke tahun. Padahal Iptek berkembang cepat).
·      Apakah dalam belajar, siswa dimotivasi guru? Sehingga siswa sadar bahwa belajar adalah kebutuhan, tanpa paksaan. Guru sangat berperan dalam hal ini.
·      Apakah siswa menempuh berbagai kegiatan belajar karna berbagai metode yang diajarkan guru ataukah hanya terbatas pada satu kegiatan belajar saja?
(Semakin banyak kegiatan belajar yang dialami siswa maka semakin banyak pula manfaat yang akan diperoleh siswa)
·      Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya? Ataukah malah tidak tahu apakah yang dilakukaannya benar atau salah?
(Pengajaran merupakan proses yg demokratis,objektif,koreksi diri dan proses yg menumbuhkan kemandirian. Maksudnya, siswa sendiri belajar kemudian dapat menilai sendiri dan dapat mengoreksi sendiri jika ada kesalahan. Dapat memecahkan masalahnya).
·      Apakah pengajaran dapat melibatkan semua siswa untuk belajar? Ataukah hanya sebagian yang aktif?
(Interaksi dinamis antara guru dan siswa sangat dibutuhkan. Proses pengajaran harus memberi kesempatan pada setiap siswa untuk melaakukan kegiatan belajar sesuai kapasitasnya).
·      Apakah suasana pengajaran cukup menyenangkan dan merangsang belajar siswa ataukah sebaliknya?
( Guru harus bijaksana dalam mengelola kelas agar tercipta Iklim belajar yang baik).
·      Apakah dalam pengajaran terdapat sarana belajar yang cukup?
( Dengan sarana belajar yang cukup memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar yang optimal. Tidak sebatas hanya menggantungkan penjelasan guru).

Catatan :
Keberhasilan banyak dipengaruhi oleh sesuatu yang datang dari siswa sendiri, usaha guru serta lingkungan. 3 hal ini adalah kunci keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi proses.

2. kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya (by product)
·      Apakah hasil belajar siswa nampak dalam bentuk perubahan tingkahlaku secara komprehensif dan terpadu yang mencakup aspek kognitif,afektif dan psikomotorik ataukah hanya menghasilkan yang bersifat tunggal shg tidak membentuk satu integritas pribadi?
·      Apakah hasil belajar siswa mempunyai daya guna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, Ataukah sebaliknya?
·      Apakah hasil belajar siswa mengakar pada dirinya serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya ataukah hanya bersifat insidental atau sementara teringat dalam memorinya?
( Dengan Pengajaran tsb diharapkan hasilnya dapat membentuk satu sistem nilai yg dapat membentuk kepribadian siswa).
·      Apakah perubahan perilaku siswa benar-benar hasil dari sebuah proses pengajaran guru, ataukah akibat dari luar proses pengajaran?
( Perubahan perilaku siswa bisa saja akibat dari luar proses pengajaran guru, mungkin informasi dari media elektronik, media masa atau yang lain).
Kesimpulan :
Dengan dua kriteria umum di atas diharapkan guru mawas diri
Dalam usaha dan tindakannya, tidak lekas puas dengan apa yg telah dicapainya, selalu mengadakan koreksi diri. Gurulah yang bertanggungjawab atas keberhasilan dan kegagalan pengajaran. Oleh krn itu, mengajar adalah pekerjaan profesional. Mencintai profesi dan menghargainya merupakan prasyarat bagi guru. Dari sinilah awal keberhasilan pengajaran di sekolah.

Sumber :
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar

Selasa, 11 Desember 2012

Tafsir ayat Pertama


TAFSIR AL MISBAH
Narasumber : Quraish Sihab
Surat Ali Imran

Maksud kata “Ali Imran”,  jika diawali kata “surah” (Surah Ali ‘Imran) dibaca Ali. Namun, jika tidak diawali kata “surah” dibaca Alu ‘Imran dalam bahasa Arab. Jadi jangan pernah menduga bahwa Surah Ali ‘Imran berasal dari nama Ali. Alu atau Surah Ali berarti “keluarga”. Jadi, Alu ‘Imran berarti “keluarga ‘Imran. Surah ini berbicara menyangkut antara lain tentang keluarga ‘Imran. Siapa ‘Imran itu ? ‘Imran adalah suami seorang wanita yang sangat taat kepada Alloh yang bernama Khinna’. Khinna adalah Ibu dari Maryam (Ibu Nabi Isa A.S). Keluarga ‘imran yang termasuk disini antaralain : ‘Imran, istrinya (Khinna), Maryam dan anaknya ( Isa AS ). Bisa diperluas lagi yaitu orang yang memelihara Maryam, yaitu Zakaria.
Tokoh-tokoh ini mempunyai keistimewaan. Terjadi dalam dan melalui diri mereka hal-hal yang luarbiasa. Keluarbiasaan itu menjadi bukti tentang wujud dan kuasa Allah. Oleh karena itu, tujuan surah ini adalah membuktikan kuasa Allah. Misalnya : Bagaimana Khinna yang tua bangka menginginkan anak lelaki namun dianugerahi anak perempuan (Maryam). Tadinya menghendaki anak lelaki supaya bisa berkhidmat mengabdi di gereja, namun karena anak perempuan tradisi gereja tak membolehkan.
Kemudian bagaimana Maryam punya banyak keistimewaan yang terbesar adalah melahirkan anak tanpa sentuhan dari lelaki. Bagaimana Nabi Isa dapat berbicara ketika dalam kandungan. Itu semua keluarbiasaan2. Alloh ingin membuktikan melalui surah ini bahwa Alloh Maha Esa, Maha Kuasa. Ia bisa melakukan hal-hal diluar kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu jangan pernah berputus asa dari rahmat Alloh. Jika ada yang sakit parah, jangan pernah berkata bahwa ia tak akan mungkin sembuh. Jika ada orang yang hidupnya sangat menderita, miskin, jangan pernah beranggapan tidak akan dibantu Alloh. Ini tujuannya, untuk menjelaskan kuasa-kuasa Alloh.
              Lihat ayat pertamanya. Alif Laam Miiim. Apa artinya?
Ulama dulu sebagian berkata bahwa mereka tak tahu artinya, hanya Allah yang tahu makna ayat tersebut. Namun sekarang ditafsirkan,antaralain ayat semacam Alif lam mim ini adalah sebuah tantangan : “Hai, ini lho Al Qur’an terdiri dari ayat-ayat yang mempunyai huruf-huruf Alif, lam dan mim. Coba buat seperti Al Qur’an yang terdiri huruf-hurufnya seperti ini ! Pasti kau tak mampu”

Kamis, 22 November 2012

Cerpen-Cinta Sang Pengemis Ilmu


Yogyakarta, 15 November 2012
CINTA Sang Pengemis Ilmu

Sabtu pagi nan cerah ini hatiku tak banyak ingin berbuat seperti di hari-hariku yang penuh semangat. Sulit tuk dikatakan apa gerangan yang menjadikannya segundah para penyair yang kehabisan kata-kata. Semalam, saat Ustadz menyampaikan penjelasan kitab di kelas pun, seketika itu pikiranku melanglangbuana, merambah ke hutan kebencianku,  mengarungi lautan asmaraku, menyusuri sungai harapanku, dan kurasakan malam itu adalah sebuah kerinduan. Namun di sisi lain, sekali lagi adalah sebuah kebencian. Astaghfirullah.......Konsentrasiku terbelah. Untunglah aku tetap sadar jika ku hanyalah seorang pengemis ilmu yang tak sepantasnya mengabaikan pemberian yang Ustadzku sampaikan. Catatanku pun tak sebanyak malam-malam biasanya aku mengaji. Yang banyak hanyalah luapan-luapan perasaanku yang kuselipkan pada bagian luang buku catatan ngajiku. Hmmm,,malam itu aku sedikit terkalahkan oleh perasaanku sendiri.
Kali ini aku lebih banyak diam, melamun, merenung.
Setahun yang lalu, tepatnya awal usia “status Mahasiswa”ku menginjak semester 3, kuputuskan sebuah pilihan untuk nyantri di sebuah Pondok kecil yang tak jauh dari kampusku kuliah. Semenjak itu pula hari-hariku penuh dengan aktivitas yang seolah membuatku slalu ada bayangan besar yang muncul di setiap kali ku selesai melakukan satu agenda untuk melakukan agenda selanjutnya. Tak hanya itu, semenjak itu pula statusku tlah berubah, MahaSantri. Mahasiswa plus Santri.
            Sebenarnya tak mudah bagiku, bagi teman-teman yang senasib denganku tuk begitu saja mengubah status Mahasiswa kami menjadi MahaSantri. Apalagi jika ingat tuntutan atas status baru ini. Semua serba butuh perjuangan keras. Kami sadar akan hal itu. Terlebih aku. Sejak awal kuputuskan, aku siap akan segala resiko terburuk yang bakal kuterima. Mungkin bagi mereka yang telah berpengalaman menjadi seorang mahasantri, bukan hal yang sulit tuk menyandang status itu. Tapi bagi ku???? Atau kami, yang samasekali belum pernah menyandang status ini pasti merasa hal ini adalah sesuatu yang istimewa, yah, benar-benar istimewa. Bagaimana tidak??? Saat kuliah kami harus konsentrasi dengan kuliah kami. Selasai kuliah, kami masih harus menyimpan rapat-rapat dalam memori kami pesan dosen tuk mempelajari bab selanjutnya. Mau tak mau kami harus punya bacaan. Belum lagi tugas-tugas lain yang harus dikerjakan sebagai bonus tambahan kuliah kami. Kami sangat bersyukur, amat sangat bersyukur. Dosen kami sangat baik dan dermawan. Mereka tak pernah lupa memberi mahasiswanya tugas......, tugas...., dan tugas. Hmmm,,, inilah nikmat pertama yang kami rasakan atas gelar yang kami sandang.
Keluar kampus, mau tak mau kami harus mengambil kendaraan pribadi kami. Kendaraan yang setia menemani kami kemanapun kami pergi, yang tak pernah protes dengan kami jika ia kepanasan atau kehujanan. Sebuah sepeda ontel mini, merk “Jieyang” lawas, dengan lampu kecil di depan dan belakang yang tak dapat nyala, keranjang besi tempat menaruh tas yang karatan, rem yang seret, rantai berkarat yang beruntung tak putus-putus meski telah berusia lama. Ban roda yang sedikit merekah pertanda hampir meletus, belum lagi jika kami kayuh pastilah sangat merdu suaranya. Inilah nikmat kedua kami yang kami rasakan sebagai penyandang status baru kami. Pemilik kendaraan pribadi masa kini yang kami anggap sebagai saksi bisu atas perjuangan kami menuntut ilmu.
 Sepulang kuliah, kami harus mengerjakan kegiatan kami di pondok layaknya para penghuni rumah yang pasti punya cucian kotor, tugas bersih-bersih, dll. Sampai saaatnya jam ngaji sore, kami harus siap-siap kembali menuntut ilmu. Mengaji di Pondok kecil kami. Hunian sederhana tempat kami menetap sekaligus menuntut ilmu agama. Inilah nikmat ketiga kami sebagai penyandang status Mahasantri.
Tak lama kami nikmati nasehat demi nasehat, pelajaran demi pelajaran serta ilmu yang kami dapatkan sepanjang sore hari bersama Ustadz, senja di ufuk barat menyambut dengan bertemankan suara burung-burung yang hendak kembali ke sarangnya. Sepanjang sore kami slalu mendapatkan pencerahan. Bak seorang pengemis ilmu yang haus akan pengetahuan.
Adzan berkumandang. Saatnya kami melanjutkan aktivitas-ativitas kami, dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai seorang santri, sholat berjama’ah, mujahadah, tadarus Qur’an, hafalan, muthola’ah sampai saatnya bel berbunyi, Teeeeeeeett” Teeeeeeet” Teeeeettt”. Pertanda untuk kami memulai kembali membuktikan cinta kami, cinta seorang pengemis ilmu berstatuskan mahasantri. Mengaji pada setiap malam kecuali malam jum’at. Lelah dan penat pasti selalu ada. Namun, semua terkalahkan oleh rasa cinta kami. Cinta seorang pengemis ilmu.

GubrakKKK !!!!
Aku kaget. Suara buku jatuh tersenggol temanku. Aku tersadarkan dari lamunanku. Untuk kali ini kusudahi perenunganku. Hmmmmm,,,Ya,,Cinta memang butuh perjuangan. Percayalah bahwa perjuangan yang kita lakukan berbanding lurus dengan apa yang akan kita dapatkan. Memang banyak cobaan, masalah, yang akan kami lalui dalam pembuktian cinta kami. Tapi sebuah hukum fisika yang kudapatkan dalam kuliahku tadi sedikit memotivasiku. Bahwa semakin luas penampangnya, maka akan semakin kecil tekanannya. Sebaliknya, semakin kecil luas penampangnya maka akan semakin besar tekanannya.  Itu berarti, seperti kita ketika pandangan kita luas terhadap segala masalah yang kita punya, maka semakin kecil tekanan dalam pikiran kita dan sebaliknya. Tetap semangat, Indah pada Waktunya. ^_^


By : Elok