PSIKOLOGI REMAJA
Masa remaja adalah masa peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perubahan yang dialami ga’ sekedar
secara psikologis-nya aja. Namun perubahan fisik yang terjadi adalah sebagai
gejala primer. Adapun gejala-gejala psikologis yang dialami merupakan akibat dari perubahan fisik remaja tersebut.
Gejala-gejala fisik pada seorang remaja yang berpengaruh pada psikologis remaja
antara lain : Aktifnya kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon seksual yang
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh (bertambahnya panjang, tinggi badan), mulai
berfungsinya organ reproduksi remaja, dan tanda-tanda seksual sekunder yang mulai
tumbuh.
Sementara itu, Perkembangan
psikologis remaja meliputi pembentukan konsep diri remaja, perkembangan
intelegensi, peran sosial, peran gender, moral dan religi.
Mengenai Intelegensi, banyak dikemukakan
teori-teori oleh para ahli dalam dalam dunia keilmuan. Namun yang paling
populer ni... adalah teori tentang Multiple Intelegence (kecerdasan
ganda). Teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner (1993, 1999) yang mengatakan
bahwa intelegensi itu ga’ hanya satu, melainkan 7 atau 8 macem. Dan tiap orang
punya kecondongan masing-masing. Seseorang dapat memiliki satu atau beberapa
kekuatan dalam masing-masing jenis intelegensi. Namun ga’ mungkin lho kalo’
satu orang bisa kuat di semua bidang. Jenis-jenis Intelegensi itu antara lain :
1. Bodily-kinesthetic,
Maksudnya, kecerdasan yang terkait dengan kemampuan dalam
menggunakan gerak anggota tubuh. Biasanya dimiliki oleh para penari,
olahragawan, tentara, polisi, pemain sirkus,dll.
2. Interpersonal
Kecerdasan yang terkait dengan hubungan dengan oranglain.
Biasanya memiliki perasaan yang peka terhadap sekitar, peka terhadap sifat,
perasaan dan motovasi oranglain, memiliki kemampuan kerjasama yang bagus, suka
berkelompok, berdiskusi, extravert, terbuka, komunikasinya baik,mudah
berempati,dll.
Sangat baik berkarier sebagai sales, marketing, guru,
manager,pekerja sosial,dll.
3. Verbal linguistik
Kecerdasan yang terkait dengan kata-kata / bahasa secara lisan
maupun tulisan. Biasanya pandai menulis atau berbicara. Bakat berpidato,
menjadi pengacara, penulis, wartawan, filsuf, politisi, penyair, dll.
4.
Logical-mathematical
Kecerdasan
dalam menggunakan logika, penggunaan akal, kemampuan abstraksi dengan angka.
Biasanya bakat menjadi programmer komputer, peneliti, matematikawan, fisikawan,
pakar ekonom dan semua yang terkait dengan logika.
5.
Intrapersonal
Memiliki
kemampuan utama : introspeksi dan refleksi diri. Biasanya orang yang memiliki
intelegensi intrapersonal yang tinggi tergolong introvert (tertutup). Namun dia
paham mengenai dirinya. Paham kekurangan, kelebihan dan keunikan dirinya
dibandingkan oranglain. Mampu meramalkan reksi dan emosinya sendiri. Kemampuan
ini baik dimiliki oleh para Psikolog, teolog dan penulis.
6.
Visual
Spatial
Memiliki
kemampuan lebih, dalam hal pengambilan keputusan dalam hal penglihatan dan
ruang. Memiliki kemampuan visual yang sangat kuat dan dapat menghasilkan
sesuatu yang baru, indah dan artistik dari memorinya tersebut. Atau dengan kata
lain, memilki imajinasi yang tinggi. Menurut penelitian, ada gabungannya dengan
kemampuan matematika. Biasanya dimiliki senirupa, arsitek, insinyur bangunan.
7.
Musical
Kemampuan lebih
dalam bidang musik. Biasanya memiliki nada suara (pitch)yang pas / tidak
sumbang, pandai memainkan alat musik, pandai mengarang lagu, Senang
mendengarkan musik bahkan saat belajar, lebih mudah menghafalkan sesuatu dengan
lagu. Kemampuan ini biasanya dimiliki
oleh para penyanyi, musisi, konduktor, pencipta lagu, guru vokal, guru musik.
8.
Naturalistic
Mengenai teori
ini sebagian berpendapat bahwa Naturalistic bukan tergolong intelegensi namun
lebih condong kepada minat. Namun sebagian lain mengatakan bahwa kecerdasan Naturalistic
memang ada dan berdiri sendiri.
Kecerdasan ini
adalah kemampuan berinteraksi dengan alam, baik pengenalan maupun pemeliharaan
alam. Biasanya mudah bergaul dengan binatang, mengenali jenis flora dan fauna
dengan tepat dan mampu membaca perubahan cuaca. Kemampuan ini baik dimiliki
oleh orang
yang bekerja out door (bukan rumahan, misal : kantoran) misalnya
pecinta alam, Insiyur pertanian dan dokter hewan.
Mengetahui teori di atas, merupakan
sebuah konsekuensi bagi orangtua, guru atau seorang pendidik untuk dapat cermat
mengamati kemampuan yang dimiliki anak didiknya. Jangan memaksakan anak untuk berprestasi
atau mencapai point tertinggi pada bidang tertentu jika memang kemampuan yang
dimiliki anak bukan pada bidang tertentu itu. Misalnya : Orangtua memaksa anak
mendapatkan nilai 100 pada matapelajaran matematika, padahal anak tersebut
memiliki kecerdasan utama dalam bidang musik.
Remaja akan menunjukkan bahwa
dirinya mampu tanpa bantuan orantua, walaupun sebenarnya belum sepenuhnya
mampu, memiliki jiwa yang sedang bergejolak, merupakan masa pencarian jatidiri,
masa memperjuangkan kebebasannya. Itu memang sudah menjadi karakteristik
remaja. Dalam proses pematangan kepribadian, seorang remaja akan memperjuangkan
kemandiriannya. Hal ini dapat dijadikan masukan bagi para orangtua, guru atau
pendidik, bahwa dalam sebuah pendidikan anak, terutama pada masa remaja untuk
lebih bersifat mengarahkan sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki.
Bukan memaksa sesuai kehendak orangtua tanpa melihat perasaan psikologis anak.
Menurut penelitian seorang sarjana
Psikologi, J. S. Volpe pada 1981 di Washington DC, Amerika Serikat, dihasilkan
bahwa perasaan positif remaja terhadap teman lebih besar daripada teradap Ibu
atau ayahnya, termasuk perasaan keterbukaan. Jadi, menurut penelitian remaja
lebih dapat terbuka dengan teman-temannya dibandingkan dengan orangtuanya. Hal
ini dikarenakan terkadang teman dianggap lebih bisa menerima, mudah untuk
berinteraksi dan ada unsur kepribadian. Sedangkan dalam hubungannya dengan
orangtua, walaupun ada unsur rasa suka dan rasa menghargai namun lebih lebih
karena adanya reaksi. Ini menjadikan remaja lebih memilih patuh begitu saja
terhadap keinginan orangtua dan tidak mau bersusah-susah. Ya kalu sudah begitu,
anak sulit menemukan dirinya sendiri. Sebenarnya SIAPA AKU INI??
Oleh
:
Elok
Faikoh
Sumber
: Buku Psikologi Remaja, Sarlito W. Sarwono