Minggu, 14 Oktober 2012


NASEHAT IMAM GHOZALI
Kepada Muridnya
Kali ini saya ingin berbagi ilmu kepada pembaca semua tentang Nasehat. Semoga catatan-catatan yang saya peroleh dari mengaji kepada ustadz saya sewaktu Bulan Ramadhan kemarin dapat memberikan manfaat.
Dalam kajian kitab di Pondok-pondok, selain ilmu nahwu, fiqh, seringkali yang dikaji adalah kitab-kitab ahlak yang memuat nasehat-nasehat untuk dilaksanakan bagi para penuntut ilmu, para murid, dsb. Diantara kitab-kitab yang memuat nasehat-nasehat adalah Washoya, Washiyatul Musthofa, Ayyuhal Walad, dsb.
Nasehat. Apa sih Nasehat?? Tentu pembaca semua sudah tahu apa itu nasehat. Nasehat bisa berarti saran, pesan kebaikan untuk dilaksanakan, arahan, atau yang pada intinya nasehat adalah sesuatu yang disampaikan oleh individu atau kelompok kepada pihak lain baik kelompok maupun individu pula dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan,informasi tentang kebaikan agar dilaksanakan oleh pihak yang diberi nasehat. Singkatnya, nasehat adalah pesan kebaikan untuk dilaksanakan.
Dalam sebuah kitab karangan Imam Al Ghozali, “Ayyuhal walad” disebutkan beberapa nasehat untuk para santri, para murid, para penuntut ilmu yang mendambakan ilmunya agar dapat bermanfaat.
 Awal mula Imam Al Ghozali mengarang kitab tersebut karena permintaan dari salah seorang muridnya yang sabar dan tekun dalam melayani dan telah lama mengabdi pada gurunya serta telah belajar sekian lamanya kepada Beliau Syekh Imam Zainuddin Hujjatul Islam Abu Hamid Ibnu Muhammad Al Ghozali (Imam Ghozali). Beberapa puluh tahun murid tersebut belajar berbagai ilmu serta memperbaiki amalan-amalannya, suatu saat dia berfikir, merenung tentang keadaan dirinya. Dia bertanya dalam hati, “Aku telah lama sekian puluh tahun mencari ilmu, mengumpulkan ilmu-ilmu itu. Dan
kini saatnya aku mengetahui dari semua ilmu itu, manakah yang bermanfaat bagiku dan mana yang dapat membahagiakanku kelak saat aku di kubur?. Sementara itu, ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat akan aku buang”. Karena pikiran tersebut selalu berkecamuk, kemudian dia menuliskan surat kepada gurunya, Imam Ghozali, meminta agar Beliau menuliskan jawaban atas pertanyaan dalam pikirannya itu. Dia mengharapkan fatwa dari berbagai masalah, nasehat dan doa Beliau. Dalam suratnya dia menuliskan, bahwasanya walaupun kitab karangan Imam Ghozali seperti Ihya ‘Ulumuddin dan kitab-kitab sebelumnya telah menjawab sebagian pertanyaannya, namun dia ingin Imam Ghozali memenuhi permintaannya untuk menuliskannya dalam beberapa kertas untuk dapat ia bawa kemanapun. Akhirnya Imam Ghozali menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diinginkan oleh murinya tersebut dalam sebuah karangan yang dinamai “Ayyuhal Walad”.
          Dalam kitabnya, Imam Al Ghozali memerintahkan pada muridnya untuk selalu mencamkan nasehat-nasehatnya. Beliau menuliskan bahwa salahsatu bagian dari nasehat adalah seperti apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW :
“Tanda berpalingnya Alloh ta’ala dari seorang hamba adalah ketika disibukannya hamba tersebut dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya”.
Nasehat itu mudah, yang sulit adalah merima nasehat tersebut. Sesungguhnya bagi orang yang suka menuruti hawa nafsunya, nasehat itu terasa pahit. Karena hal-hal yang dilarang agama sangat disukai dalam hatinya.

Diantara nasehat-nasehat Imam Ghozali kepada muridnya antara lain : Pentingnya mengamalkan ilmu,  Jangan menuntut ilmu dengan niat duniawi, Ingat kubur, keutamaan sholat tahajud, menyesuaikan perkataan dan perbuatan dengan syari’at, Bertaqarub kepada Alloh, Milikilah guru, Jangan memaksa sesuatu sebelum saatnya untuk mengetahui dan tentang Nasehat 8 perkara.        
Jika kita coba resapi makna yang ada dalam nasehat-nasehat kitab tersebut, serta berusaha mengamalkannya dengan Ikhlas, Insya Alloh kita akan mendapat manfaat yang sangat besar dalam hidup kita.

Oleh : Elok Faikoh


Tidak ada komentar: