NASEHAT IMAM GHOZALI
Kepada Muridnya
Kali ini saya ingin
berbagi ilmu kepada pembaca semua tentang Nasehat. Semoga catatan-catatan yang
saya peroleh dari mengaji kepada ustadz saya sewaktu Bulan Ramadhan kemarin dapat
memberikan manfaat.
Dalam kajian kitab di
Pondok-pondok, selain ilmu nahwu, fiqh, seringkali yang dikaji adalah
kitab-kitab ahlak yang memuat nasehat-nasehat untuk dilaksanakan bagi para
penuntut ilmu, para murid, dsb. Diantara kitab-kitab yang memuat
nasehat-nasehat adalah Washoya, Washiyatul Musthofa, Ayyuhal Walad, dsb.
Nasehat. Apa sih
Nasehat?? Tentu pembaca semua sudah tahu apa itu nasehat. Nasehat bisa berarti
saran, pesan kebaikan untuk dilaksanakan, arahan, atau yang pada intinya
nasehat adalah sesuatu yang disampaikan oleh individu atau kelompok kepada pihak
lain baik kelompok maupun individu pula dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan,informasi tentang kebaikan agar dilaksanakan oleh pihak yang diberi
nasehat. Singkatnya, nasehat adalah pesan kebaikan untuk dilaksanakan.
Dalam sebuah kitab
karangan Imam Al Ghozali, “Ayyuhal walad” disebutkan beberapa nasehat untuk
para santri, para murid, para penuntut ilmu yang mendambakan ilmunya agar dapat
bermanfaat.
Awal mula Imam Al Ghozali mengarang kitab
tersebut karena permintaan dari salah seorang muridnya yang sabar dan tekun dalam
melayani dan telah lama mengabdi pada gurunya serta telah belajar sekian
lamanya kepada Beliau Syekh Imam Zainuddin Hujjatul Islam Abu Hamid Ibnu
Muhammad Al Ghozali (Imam Ghozali). Beberapa puluh tahun murid tersebut belajar
berbagai ilmu serta memperbaiki amalan-amalannya, suatu saat dia berfikir,
merenung tentang keadaan dirinya. Dia bertanya dalam hati, “Aku telah lama
sekian puluh tahun mencari ilmu, mengumpulkan ilmu-ilmu itu. Dan
kini saatnya aku
mengetahui dari semua ilmu itu, manakah yang bermanfaat bagiku dan mana yang
dapat membahagiakanku kelak saat aku di kubur?. Sementara itu, ilmu-ilmu yang
tidak bermanfaat akan aku buang”. Karena pikiran tersebut selalu berkecamuk, kemudian
dia menuliskan surat kepada gurunya, Imam Ghozali, meminta agar Beliau
menuliskan jawaban atas pertanyaan dalam pikirannya itu. Dia mengharapkan fatwa
dari berbagai masalah, nasehat dan doa Beliau. Dalam suratnya dia menuliskan,
bahwasanya walaupun kitab karangan Imam Ghozali seperti Ihya ‘Ulumuddin dan
kitab-kitab sebelumnya telah menjawab sebagian pertanyaannya, namun dia ingin
Imam Ghozali memenuhi permintaannya untuk menuliskannya dalam beberapa kertas
untuk dapat ia bawa kemanapun. Akhirnya Imam Ghozali menuliskan jawaban atas
pertanyaan yang diinginkan oleh murinya tersebut dalam sebuah karangan yang
dinamai “Ayyuhal Walad”.
Dalam kitabnya, Imam Al Ghozali
memerintahkan pada muridnya untuk selalu mencamkan nasehat-nasehatnya. Beliau menuliskan
bahwa salahsatu bagian dari nasehat adalah seperti apa yang dikatakan Nabi
Muhammad SAW :
“Tanda berpalingnya
Alloh ta’ala dari seorang hamba adalah ketika disibukannya hamba tersebut
dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya”.
Nasehat itu mudah, yang
sulit adalah merima nasehat tersebut. Sesungguhnya bagi orang yang suka
menuruti hawa nafsunya, nasehat itu terasa pahit. Karena hal-hal yang dilarang
agama sangat disukai dalam hatinya.
Diantara nasehat-nasehat Imam Ghozali kepada muridnya antara lain : Pentingnya mengamalkan ilmu, Jangan menuntut ilmu dengan niat duniawi, Ingat kubur, keutamaan sholat tahajud, menyesuaikan perkataan dan perbuatan dengan syari’at, Bertaqarub kepada Alloh, Milikilah guru, Jangan memaksa sesuatu sebelum saatnya untuk mengetahui dan tentang Nasehat 8 perkara.
Jika kita coba resapi
makna yang ada dalam nasehat-nasehat kitab tersebut, serta berusaha
mengamalkannya dengan Ikhlas, Insya Alloh kita akan mendapat manfaat yang
sangat besar dalam hidup kita.
Oleh : Elok Faikoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar